Hormon


Sistem saraf dan hormon memiliki peranan sebagai pengendali, pengaturan dan koordinasi aktivitas sel, jaringan, dan alat-alat tubuh. Tanpa pengendalian, pengaturan, dan koordinasi, fungsi sel dan alat tubuh akan kacau balau (Wulangi, 1993).
Hormon adalah bahan organik aktif yang berfungsi untuk mengontrol aktifitas bagian-bagian tubuh (mendorong atau menghambat). Bahan ini diangkutoleh darah ke seluruh tubuh dan alat sasaran dan bulkan lewat salauran khusus.Karena itu kelenjar yang menghasilkannya disebut kelenjar buntu atau kelenjar endokrin. Kelenjar buntu banyak dilewati pembuluh darah dan pembuluh kapiler  bercabang banyak di atara sel parenkim kelenjar (Jatmika, 1986).
Hormon dihasilkan oleh suatu kelenjar buntu atau kelenjar endokrin.Kelenjar buntu banyak dilewati pembuluh darah dan pembuluh kapiler bercabang banyak di atara sel parenkim kelenjar (Jatmika, 1986).
Pengaruh hormon dapatterjadi dalam beberapa detik, hari, minggu, bulan, dan kadang-kadang beberapatahun (Wulangi, 1993).
Pengendalian, pengaturan, dan koordinasi aktivitas sel, jaringan, dan alat-alat tubuh dilakuan oleh sistem saraf dan hormon. Tanpa pengendalian, pengaturan, dan koordinasi, fungsi sel dan alat tubuh akan kacau balau. Hormon mengatur aktivitas seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangan. Pengaruh hormon dapat terjadi dalam beberapa detik, hari, minggu, bulan, dan kadang-kadang beberapa tahun. Banyak kaitan yang terjadi antara sistem saraf dan hormon. Kelenjar yang menghasilkan hormon disebut kelenjar endokrin. Disebut juga kelenjar buntu karena hormon yang dihasilkantidak dialirkan melalui suatu saluran tetapi langsuk masuk ke pembuluh darah (Wulangi, 1993).
Tidak sedikit hormon yang bertindak sebagai messanger pertama yangmerupakan seri dari messanger yang berurutan sehingga mengarah kepada adanyarespons spesifik di sel target. Dalam perjalanannya di dalam darah dan cairaninterstitial, hormon ini akhirnya bertemu dengan reseptor yang khas untuk hormon tersebut  Reseptor ini  terdapat di permukaan atau di dalam sel target. Interaksi antara hormon dengan reseptor akan menimbulkan seri langkah yangmempengaruhi satu atau lebih aspek fisiologi atau metabolisme dari suatu sel (Jatmika, 1986).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Sistem endokrin melibatkankelenjar endokrin dan hormon (Haqiqi, 2008)
2.2     Fungsi Hormon
Kata hormon berasal dari bahasa Yunani hormon yang artinya membuat gerakan atau membangkitkan. Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum:
1.      Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
2.      Menstimulasi urutan perkembangan
3.      Mengkoordinasi sistem reproduktif
4.      Memelihara lingkungan internal optimal
5.      Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat
(Wulangi,1993)
2.3     Klasifikasi Hormon
Dalam hal struktur kimianya, hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin (mis., dopamin, norepinefrin, epinefrin). Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus membran sel dengan bebas (Haqiqi,2008)
2.4     Karakteristik
Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola berikut:
(1)     sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari.
(2)     Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
(3)     Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum (Haqiqi,2008).
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Loop umpan balik dapat positif atau negatif dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia. Hormon hanya mempegaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melalukan : fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormone dari kelenjar lainnya. Hormone secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal (Fadel,2000)
2.5     Struktur Hormon
Terdapat dua tipe kelenjar yang mengeluarkan hormon yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Seperti pada gambar di bawah ini :
Yang termasuk kelenjar endokrin adalah:
1. Pulau Langerhans pada Pankreas
2. Gonad (ovarium dan testis)
3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus (Haqiqi,2008)
2.6.    Struktur Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus (Klein,2001)
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3T4 dan sedikit kalsitonin. Hormon ini diangkut oleh protein pengangkut, protein pengangkut itu adalah TBG (thyroxine binding globulin), TBPA (thyroxine binding prealbumin), T3U (T3 resin uptake) dan TBI (thyroxine binding Index). Peningkatan protein pengangkut TBG menyebabkan peningkatan hormon T4 dan penurunan protein pengangkut T3U. Peningkatan TBG disebabkan oleh pengobatan estrogen, perfenazin, Kehamilan, Bayi baru lahir, Hepatitis infeksiosa dan Peningkatan sintesis herediter. Sedangkan penurunan kadar TBG dipengaruhi oleh pengobatan steroid anabolik dan androgen, sakit berat atau pembedahan, sindroma nefrotik, dan defisiensi kongenital (Nugroho,2006)
Fungsi Hormon Tiroid
Fungsi dari hormon-hormon tiroid antara lain adalah:
1.      Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testes.
2.      Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
3.      Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
4.      Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin.
5.      Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
6.      Merangsang pembentukan sel darah merah.
7.      Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
8.      Bereaksi sebagai antagonis insulinTirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung. (Jatmika,1986)
Tabel 1. Hormon-hormon kelenjar tiroid dan aksinya.3
Hormon Kelenjar Tiroid
Struktur
Sasaran
Aksi
Sel folikel
Hormon tiroid (T3, T4)






Sel parafolikuler
Kalsitonin
Asam amino
Polipeptida
Tulang

Meningkatkan laju metabolisme,
penting untuk pertumbuhan dan
maturasi normal

Menurnkan kadar Ca dalam dara
(Nugroho,2006)
Proses Pembentukan Hormon Tiroid
Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP-ase, ion klorat dan ion sianat. Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI (protein binding iodine)  (Symons,1979).
Berdasarkan struktur kimia, estrogen yang digunakan dalam terapi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
·      Zat steroida: Estradiol, Estron dan Estriol, derivat sintetisnya Etiestradiol, Mestranol dan Epimestrol.
·      Zat non-steroida: Dietilstilbestrol, Dienestrol dan Fosfestrol.
Beberapa indikasi dari estrogen, antara lain:
1.        Kontrasepsi. Estrogen sintetik paling banyak digunakan untuk kontrasepsi oral dalam kombinasi dengan progestin.
2.        Menopause. Pada usia sekitar 45 tahun umumnya fungsi ovarium menurun. Terapi pengganti estrogen dapat mengatasi keluhan akibat gangguan vasomotor, antara lain hot flushes, vaginitis atropikans dan mencegah osteoporosis.
3.        Vaginitis Senilis atau Atropikans. Radang pada vagina ini sering berhubungan dengan adanya infeksi kronik pada jaringan yang mengalami atrofi. Dalam hal ini, estrogen lebih berperan untuk mencegah daripada mengobati.
4.        Osteoporosis. Keadaan ini terjadi karena bertambahnya resorpsi tulang disertai berkurangnya pembentukan tulang. Pemberian estrogen dapat mencegah osteoporosis berkelanjuitan atau dapat pula diberikan estriol.
5.        Karsinoma Prostat. Karena estrogen menghambat sekresi androgen secara tidak langsung maka hormon ini digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma prostat                          ( Albab, 2011)


DAFTAR PUSTAKA
Albab.2011. Estrogen available online at http://www.scribd.com/doc/86742335/Estrogen [Diakses Pada Tanggal 25 Mei 2012]
Fadel BM, Samerellahham, Ringel MD, Josephlindsay JR, Burman KD.2000. Hyperthyroid heart disease. Clin. Cardiol,vol 23: 402-408.
Haqiqi SH. 2008. Biosintesis hormone tiroid dan paratiroid. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
Jatmika, S. 1986. Dasar-dasar Fisiologi Hewan. Gitamedia Press. Surabaya
Klein I, Ojamaa K. 2001. Mechanisms of disease: thyroid hormone and the cardiovascular system. N Engl J Med, vol 344 (7): 501-509.
Nugroho, Setiadi. 2006. Sekilas Tentang BBAT available online at http://www.google.co.id/203.130.198.30//artikel/40802.html/ [Diakses Pada Tanggal 25 Mei 2012]
Symons C. 1979. Thyroid heart disease. British Heart Journal, vol  41: 257-262.
Wulangi, K. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta




Comments

Popular Posts